Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)

Udang Galah termasuk jenis udang yang hidup di perairan tawar berasal dari keluarga palamonidae dan marga macrobranchium. Udang ini merupakan udang asli perairan Indonesia. Selain di Indonesia, udang berjulukan baby lobster ini juga ditemukan di beberapa negara Asia tenggara, terutama Malaysia. Daerah penyebarannya meliputi perairan Indonesia Pasific hingga ke timur Afrika. Hingga saat ini udang galah banyak ditemukan disungai atau danau yang langsung memiliki akses ke laut. Nama udang galah di ambil dari bentuk dan ukuran kakinya yang bercapit dan panjang mirip galah. disetiap daerah, udang galah memiliki nama yang berbeda, misalnya uang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang (Jawa dan Sunda), dan udang watang (Sumatra).

Udang galah tersebut dikelompokkan sebagai udang galah lokal. Udang galah lokal inilah yang selama ini banyak dibudidayakan petani udang di tanah air. Sosok fisik udang galah lokal sangat khas, yakni ukuran kepalanya lebih besar dari pada tubuhnya dan ukuran tubuhnya tidaklah terlalu besar karena laju pertumbuhannya yang lambat. 

Dari aspek bisnis kedua faktor tersebut kurang menguntungkan karena daging yang bisa dimakan hanya sedikit. Karena itu, para peneliti kemudian melakukan seleksi dan perkawinan silang bebagai jenis udang galah hingga akhirnya diperoleh jenis udang galah baru yang kualitasnya lebih baik dari pada udang galah lokal, yakni udang galah GIMacro atau disebut dengan udang galah super. 

GIMacro adalah singkatan dari Genetic Improvement of Macrobranchium rosenbergii atau udang galah yang mutu genetiknya dengan berbagai perbaikan. Udang galah ini merupakan hasil riset dari Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (balitkanwar) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Klasifikasi Ilmiah: 

Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
bangsa : Decapoda 
Suku : Palaemonidae
Marga : Marcobrachium
Spesies : Marcibrachium rosenbergii (De man)
varietas : GIMarco (Genetics improvement of Marcobrachium rosenbergii)


Umumnya, bobot tubuh udang galah lokal dewasa sekitar 300 gram/ekor. Tubuh tersebut terdiri atas ruas-ruas yang tertutup kulit keras. Kulit keras tersebut terdiri zat kitin yang kaku. Akibatnya, kulit udang tidak dapat mengikuti pertumbuhan tubuhnya sehingga setiap periode tertentu kulit tersebut akan dilepas untuk diganti dengan kulit baru yang sesuai dengan perkembangan tubuhnya, hal ini disebut moulting. Mekanisme pergantian kulit ini diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh salah satu kelenjar yang terdapat pada pangkal tangkai mata. 

Tubuh udang galah terdiri atas tiga bagian, yakni cephalothorax, abdomen (tubuh), dan uropoda (ekor). Cephalotorax merupakan gabungan dari kepala dan dada udang galah. Bagian ini dibungkus oleh kulit keras yang disebut dengan kerapas atau cangkang. 

Bagian depan kepala udang galah terdapat tonjolan karapas yang bergerigi (rostrum). Rostrum digunakan untuk mengidentifikasi jenis udang galah. Caranya, dengan membedakan jumlah gerigi yang terdapat pada rostrum tersebut.


Bagian abdomen terdiri atas lima ruas. Setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang (pleiopoda). Kaki renang pada udang betina agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu, uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh atau yang biasa disebut dengan dengan ekor kipas. Uropoda terdiri atas bagian luar (eksopoda), bagian dalam (endopoda), dan bagian ujung yang meruncing (telson).

Warna kulit udang galah umumnya biru kehijauan. Di perairan umum, kadang-kadang ditemukan udang galah yang berwarna kemerahan. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya, sebagai proses adaptasi fisiologis udang. Selain itu, perubahan warna juga di pengaruhi oleh kandungan astaxantin dari protein yang dikonsumsi udang. 

Sepintas, udang galah jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan ukuran kakinya. Kaki udang galah jantan jauh lebih besar dan panjang dari pada kaki udang galah betina. Seluruh permukaan kaki udang galah jantan dan betina ditumbuhi duri (spina).

Udang galah hidup di sungai, danau, rawa dan perairan umum yang bermuara ke laut. Pada satadium larva hingga benur (juvenil) udang galah hanya ditemukan di air payau. Setelah itu, udang galah muda dan dewasa akan bermigrasi dan berkembang biak di air tawar.

Sebagai hewan yang bersifat "euruhaline" mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas air, yaitu antara 0-20 per mil. Hal ini berhubungan erat dengan siklus hidupnya. 



Telur Udang Galah 

Udang galah berkembang biak di daerah air tawar pada jarak 100 km dari muara, lalu telurnya terbawa aliran sungai hingga ke laut. Larva yang menetas dari telur paling lambat 3-5 hari harus mendapatkan air payau. Kemudian larva berkembang dan melakukan metamorfosis hingga mencapai pascalarva di perairan payau. Stelah tumbuh menjadi udang galah muda dan dewasa, udang galah akan kembali bermigrasi ke parairan tawar untuk tumbuh dan kembali berkembang biak.

Penyebaran udang galah mulai dari Indo-Pasifik, yaitu dari bagian Timur Benua Afrika sampai Semenanjung Malaya. termasuk Indonesia. Di Indonesia udang galah terdapat di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Irian.

Udang galah termasuk hewan omnivora yang merupakan hewan pemakan bahan hewani maupun bahan nabati. Di alam, bahan hewani yang dimakan berupa cacing air, larva insecta (serangga air), mollusca (kerang-kerangan), dan Crustacea (kelompok udang) renik, sedangkan golongan bahan nabati yang dimakan yaitu berupa alga benang, jaringan-jaringan tanaman, dan detritus.

Saat pertumbuhan udang galah mengalami pergantian kulit (molting), di saat seperti itu udang galah bisa bersifat kanibal (memangsa sesamanya). Umumnya udang yang molting akan menjadi mangsa udang yang lainnya yang tidak sedang molting karena kondisi tubuhnya yang sedang lemah.




Referensi :
Hadie,Wartono dan Lies Emmawati, Budidaya Udang Galah GIMacro di kolam Irigasi, Sawah Tambak dan tambak, Jakarta: Penebar Swadaya, 2002
Amri,K dan Khairuman, Budidaya Udang Galah Secara Intensif, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004
http://artaquaculture.blogspot.com/2010/10/teknik-pembenihan-udang-galah_18.html
http://books.google.co.id/books.id=vxJ9k2M1OIYC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

3 comments for "Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)"

Comment Author Avatar
ga sabar pengen makan udang sob...
hahahahaha......
Comment Author Avatar
Anonymous 8/20/2017
Hmm it seems like your blog ate my first comment (it was extremely long) so I
guess I'll just sum it up what I had written and
say, I'm thoroughly enjoying your blog. I too am an aspiring blog writer but I'm still new to everything.

Do you have any helpful hints for rookie blog writers? I'd certainly appreciate
it.
Comment Author Avatar
Anonymous 8/20/2017
I every time used to read post in news papers but now as
I am a user of internet thus from now I am using net for content, thanks to web.




close