Tahap Pemeliharaan Larva Ikan Lele Sistem Pembenihan Tradisional


Ikan lele yang telah menetas dapat dilihat di permukaan dasar kolam penetasan. Benih-benih ikan lele akan berkumpul di dasar bak dengan warna hijau, hitam, atau kecokelat-cokelatan. Setelah telur-telur ikan lele menetas, kakaban harus diangkat secara hati-hati. Jika pengangkatan kakaban terlambat dilakukan, telur-telur yang tidak menetas akan membusuk dan menyebabkan kualitas air menurun, yang pada akhirnya membahayakan keselamatan benih yang baru menetas.

Kolam atau tempat penetasan telur sekaligus dijadikan sebagai tempat pemeliharaan larva. Agar kegiatan pembenihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, benih-benih ikan lele yang baru menetas harus dirawat atau dipelihara dengan baik. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva, yakni kualitas air tetap terjaga dengan baik dan pakan harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi. Karenanya penggantian atau penambahan air harus dilakukan setiap 2 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada di dalam kolam penetasan.

Benih ikan lele yang baru menetas sampai berumur 3 hari tidak perlu diberi pakan tambahan. Hal ini disebabkan cadangan makanan di dalam tubuhnya yang berupa kuning telur, masih tersedia. Pada hari keempat setelah menetas, benih harus diberi pakan tambahan yang ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulutnya. Pakan tambahan yang paling cocok adalah pakan alami atau makanan hidup berupa plankton. Salah satunya adalah kutu air atau yang lebih dikenal dengan sebutan Daphnia sp. Di samping kutu air, pakan alami lain yang cocok untuk benih ikan lele adalah cacing sutera.

Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yakni dua kali sehari pada pagi atau sore hari. Pakan tambahan berupa pakan alami lebih dianjurkan karena memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pakan buatan. Selain itu, pakan alami memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan mudah dicerna. Sebaiknya dihindari pemberian pakan yang berlebihan. Tujuannya agar air tidak tercemar.

Kutu air bisa diperoleh dari comberan atau tempat-tempat becek lainnya. Di samping itu, kutu air bisa diperoleh dengan cara dikultur atau dibudidayakan pada media tertentu. Kutu air yang ditangkap dari alam bebas menggunakan scop net (serok/tangguk) halus, sebelum diberikan, harus dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya terlebih dahulu. Cacing sutera hanya bisa diperoleh dari saluran pembuangan air atau comberan. Saluran air tersebut biasanya banyak mengandung bahan-bahan organik berupa sisa-sisa buangan dari permukiman, sehingga cacing sutera bisa hidup dengan baik.



Benih lele dipelihara selama 2-3 minggu, dan selanjutnya didederkan di kolam tembok atau jaring apung (japung). Pemanenan benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya stres pada benih. Benih yang ditetaskan menggunakan kolam plastik, cara pemanenannya cukup praktis, yakni hanya dengan mengangkat beberapa sudut dari plastik tersebut. Dengan cara ini, secara perlahan-lahan air di dalam kolam pemeliharaan benih akan terbuang atau berkurang dan benih akan berkumpul di salah satu sudut. Di sudut pembuangan dipasang scop net yang berfungsi untuk menampung benih ikan lele yang terbawa aliran air. Selanjutnya scop net diangkat dengan hati-hati dan benih ikan lele dipindahkan ke tempat pendederan. Untuk setiap ekor induk yang beratnya sekitar 500 gram akan diperoleh benih ikan lele sebanyak 10.000-15.000 ekor.

Post a Comment for "Tahap Pemeliharaan Larva Ikan Lele Sistem Pembenihan Tradisional"





close