Mengenal Kutu Air Daphnia Sebagai Pakan Alami Yang Bagus Untuk Benih Ikan

Jenis- jenis pakan alami yang dimakan oleh ikan sangat bervariasi, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Burayak ikan yang baru saja belajar mencari makan, pertama-pertama yang mereka makan adalah plankton. Bahkan ada juga beberapa ikan yang tetap setia sebagai pemakan plankton sepanjang hidupnya. Dalam usaha budidaya kita biasa menggunakan pakan alami plankton. Pada umumnya burayak ikan itu mula-mula makan plankton nabati (phytoplankton). Kemudian semakin bertambah besar ikannya, makanannya pun mulai bertambah pula. Mula-mula mereka beralih dari phytoplankton ke zooplankton. Salah satu zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami dan perlu dibudidayakan sebagai sumber pakan ikan yang masih burayak (benih) diantaranya adalah Daphnia. Daphnia sangat cocok untuk benih ikan yang bukaan mulutnya belum bisa mengkonsumsi pakan buatan (pelet)


Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan kecil lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai lebih dari 70% kadar bahan kering. Secara umum, dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 % abu. Kepopulerannya sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya, adalah juga karena daphnia 2 dapat dibudidayakan secara massal sehingga produksi dapat tersedia dalam jumlah mencukupi, hampir setiap saat. 

Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom ; Animalia 
Phyllum ; Arthropoda 
Subphylum ; Crustacea 
Class ; Branchiopoda 
Subclass ; Phyllopoda 
Order ; Diplostraca 
Suborder ; Cladocera 
Family ; Daphniidae 
Genus ; Daphnia

Daphnia seringkali dikenal sebagai kutu air karena kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang menyerupai seekor kutu. Pada kenyataannya Daphnia termasuk dalam golongan udang-udangan dan tidak ada hubungannya dengan kutu secara taxonomi. Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari golongan Brachiopoda. Mereka boleh dikatakan masih saudara dengan Artemia. Meskipun gerakannya tampak "meloncat" seperti seekor kutu sebenarnya binatang ini berenang dengan menggunakan "kakinya" (sering disebut sebagai antena), bahkan dengan berbagai gaya yang berbeda.


Daphnia merupakan udang udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah ditemukan Daphnia.

Dalam keadaan normal, dimana kualitas air sesuai dan jumlah pakan cukup terdia Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin (aseksual/parternogenesis). Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia yang ada adalah betina. Telur yang tidak dibuahi ini berkembang sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk, kemudian berubah menjadi larva. Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap 2 atau 3 hari sekali. Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan 13 milyar keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan populasi mereka. 

Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang. Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat berkurang, beberapa Daphnia 5 akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur, yang selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa). Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode. Telur hasil pembuahan ini mempunyai cangkang tebal dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa. Telur tersebut dapat bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan. Telur ini bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun dan menetas setelah menemukan kondisi yang sesuai. Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual. 


Daphnia mempunyai banyak musuh alami untuk mengontrol populasinya sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu keseimbangan. Dalam membudidayakan Daphnia kehadiran musuh alami ini tentu saja tidak dikehendaki, karena akan sangat menekan populasi Daphnia yang dipelihara tersebut atau bahkan musnah sama sekali, sehingga tujuannya sebagai sumber pakan ikan tidak akan dapat dipenuhi. Salah satu musuh alami Daphnia adalah Hydra.Hydra merupakan keluarga anemon. Berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut binatang ini hidup di air tawar. Ukurannya mulai dari sangat kecil hingga sampai dengan 2 cm.

Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C Selang suhu ini merupakan selang suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia membutuhkan pH sedikit alkalin yaitu antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh 6 karena itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu sistem budidaya mereka. Seluruh spesies Daphnia diketahui sangat sensitif terhadap ion-ion logam, seperti Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, bahan pemutih, dan deterjen. 

Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berupa mahluk-mahluk bersel tunggal seperti algae, dan jenis protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga membutuhkan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air adalah Kalsium, unsur ini sangat dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Oleh karena itu, dalam wadah pembiakan akan lebih baik apabila di tambahkan potongan batu kapur, karang (koral) batu apung dan sejenisnya. Selain dapat meningkatkan pH bahan tersebut akan memberikan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia. Beberapa jenis kotoran hewan yang sering dijadikan "media" tumbuh Daphnia seringkali telah mengandung kalsium dalam jumlah cukup, dalam kondisi demikian kalsium tidak perlu lagi ditambahkan. 


Daphnia diketahui toleran dengan kadar oksigen terlarut rendah. Pada kondisi dengan kadar oksigen terlarut rendah, mereka akan membentuk hemoglobin untuk membantu pendistribusian oksigen dalam tubuh mereka. Kehadiaran hemoglobin ini sering menyebabkan Daphnia berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi apabila kadar oksigen terlarut cukup. (Warna Daphnia seringkali ditentukan oleh jenis pakan yang dikonsumsi, sebagai contoh apabila mereka mengkonsumsi algae, maka tubuhnya akan cenderung berwarna hijau). Suplai oksigen dapat diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang memadai. 

Oksigen dapat diberikan dalam bentuk gelembung besar, tanpa melalui distributor seperti batu berpori. Berikan gelembung ini secara perlahan. Gelembung udara halus, seperti dihasilkan oleh batu aerasi dapat terjebak dalam tubuh Daphnia sehinga menyebabkan binatang tersebut terekspos ke permukaan dan mati. Selain itu gelembung halus dapat menyebabkan air menjadi jenuh oksigen. Air jenuh oksigen diketahui bersifat "racun" bagi Daphnia.

Demikianlah Ulasan singkat tentang mengenal kutu air daphnia sebagai pakan alami yang bagus untuk benih ikan. semoga bermanfaat!!!




Referensi :
http://www.o-fish.com/PakanIkan/daphnia_1.php
http://infopenyuluhan.blogspot.com/2014/04/mengenal-daphnia-sebagai-pakan-alami.html
https://planktonologiunpad.wordpress.com/2013/04/21/mengenal-lebih-dekat-daphnia-sp/

Post a Comment for "Mengenal Kutu Air Daphnia Sebagai Pakan Alami Yang Bagus Untuk Benih Ikan"





close