Sekilas Metode Pembenihan Ikan Hias Discus (Symphysodon diskus)

Ikan Diskus (Symphysodon diskus) adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. Dari kelas kelas bawah sampai kelas atas menyukai ikan ini, karena mempunyai bentuk tubuh pipih dan agak membundar seperti cakram, mempunyai warna dasar tubuh yang menarik dengan garis-garis berombak beraneka ragam tak teratur mulai dari dahi sampai ke samping perut, selain itu terdapat garis-garis hitam vertical yang berjajar dari mata sampai ke pangkal ekor. Diskus termasuk ikan bertubuh cantik dan mampu menyaingi corak dan warna ikan laut. Dikalangan pembudidaya ikan hias, ia dikenal sebagai penyabar yang suka mengalah, damai adalah kesukaannya. Itulah alasannya mengapa lebih senang dipelihara tersendiri. Jenisnya bermacam-macam, pasarannya pun cukup bagus. Tidak hanya itu ternyata diskus juga mempunyai kebiasaan memijah yang unik. Tidak heran banyak orang penasaran ingin bisa memijahkannya.


Metode Pembenihan Ikan Discus
Merawat Calon Induk
Calon induk ikan diskus dirawat dan dipelihara di akuarium. Untuk akuarium dengan berkapasitas 135 L atau yang berukuran 80 x 40 cm dapat diisi calon induk sebanyak 24 ekor diskus yang menginjak remaja. Seleksilah calon induk dengan sungguh-sungguh, karena nantinya generasi inilah yang diharapkan dapat memberikan keturunan unggul. Adapun criteria calon induk ikan diskus yang baik yaitu: Pertama calon induk harus sehat, sisik tersusun rapi, sirip tidak cacat di tunjang dengan bentuk yang bulat. Gerakannya wajar, tidak menyentak-nyentak ataupun terlalu lamban. Mata menonjol wajar, tidak melotot. Jika remaja diskus ini dipilih di antara kawannya, maka pastikanlah bahwa pilihan jatuh pada remaja diskus yang paling bongsor. Dengan kriteria sederhana ini diharapkan bakal kita peroleh induk-induk yang produktif, yang bukan saja menghasilkan anak yang banyak, namun juga mampu tumbuh wajar.

Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari dengan cacing sutra ataupun dengan jentik-jentik nyamuk. Makanan alami yang masih hidup ini harus dibersihkan dahulu sebelum diberikan kepada diskus. Hal ini dilakukan untuk menghindari bibit penyakit. Selain itu akuarium perlu dibersihkan 3 hari skali untuk membuang sisa makanan dan kotoran yaitu dengan cara cukup disifon dengan menggunakan selang.

Akuarium pemeliharaan ini sebaiknya dilengkapi dengan filter sudut, selain dengan aerator yang secara rutin mengeeluarkan gelembung udara. Untuk mengetahui suhu air setiap saat dipasang thermometer, sehingga dapat diambil langkah pencegahan sedini mungkin jika terjadinya kenaikan suhu maupun penurunan suhu secara drastis.

Seleksi Induk
Berbeda dengan ikan lain, seleksi induk harus dilakukan seketat mungkin. Seleksi induk secara sembrono akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Andaikan saja usaha pembenihan diskus ini hanya bersifat coba-coba dengan memelihara beberapa induk saja, seleksi induk harus tetap dilakukan secara sungguh-sungguh. Akibat langsung dari seleksi yang asal-asalan tidak lain adalah kegagalan.

Membedakan kelamin diskus dapat dilihat dari bentuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina mempunyai bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dan bibir bawahnya. Sedangkan jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk hidung agak bengkok, dan ujung sirip punggunya meruncing.

Jika dilihat warna badan, maka akan terbuktilah induk jantan mempunyai badan yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan yang betina. Selain itu warnanya menyebar keseluruh tubuh, ini dapat dibuktikan terutama pada Green diskus. Betina Green mempunyai sedikit warna pada wajah dan badannya sedangkan jantan berwarna cerah seluruhnya.

Melihat gerakannya, rata-rata jantan mempunyai gerakan reflek lebih dominan dibandingkan dengan betina. Ini akan terlihat dari responnya menerima makanan. Jika kita berikan makanan kedalam akiuarium, jantan akan menunjukan ketangkasannya dengan mencapai makanan lebih dulu.

Cara yang di anggap paling tepat untuk membedakan jantan dan betina dengan cara melihat langsung alat reproduksi masing-masing induk. Karena alat kelamin ini tidak berapa besar, jalan satu-satunya dengan menggunakan kaca pembesar. Ikan jantan mempunyai alat kelamin agak runcing, sedangkan yang betina berbentuk lebar dan bulat.

Di dalam akuarium pemeliharaan biasanya mereka akan memilih sendiri pasangannya lalu memisahkan diri dari kelompoknya. Pasangan inilah yang kita ambil untuk dijadikan induk. Untuk merawat induk diskus digunakan akuarium yang berkapasitas 90 l atau Akuarium yang berukuran 70 x 40 x 35 cm, dengan akuarium yang berukuran ini memudahkan kita untuk membersihkan dan mengganti airnya. 



Antara spesies yang satu dengan lainnya, waktu yang di perlukan untuk mencapai kematangan kelamin tidak sama. Brown misalnya, memerlukan paling sedikit 12 bulan sebelum bertelur. Lain dengan Blue Green yang rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan. Sedangkan Heckel membutuhkan waktu antara 15-20 bulan sebelum mau bertelur. Silangan diskus dari berbagai spesies rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan. 

Untuk menjamin ketersediaan oksigen dan menguapkan karbondioksida kedalam akuarium dimasukkan aerator. Selain itu juga diberikan heater untuk menjaga kesetabilan suhu yang dikehendaki. Sebaiknya heater ini dipasang pada sisi belakang akuarium jangan sampai mengganggu gerakan dan penglihatan diskus. Dan jangan lupa memasang thermometer di dalam akuarium guna untuk memudahkan dalam pengecekan suhu.

Lokasi Akuarium
Carilah tempat yang tenang, namun menerima cahaya cukup dan sirkulasi udara lancar. Hindarkan penempatan akuarium di tempat yang banyak dilewati orang. Jika ingin membudidaya akan diskus secara besar-besaran memang sebaiknya dicarikan lokasi yang memadai, lapang dan terhindar dari keberisikan. Kebiasaan melempar segala macam makanan kedalam akuarium sebaiknya ditinggalkan. Gerakan yang mengagetkan apalagi dilakukan dengan cepat akan membuat diskus ketakutan dan nervous. Bila akuarium ditempatkan satu-persatu, bukan disusun dalam rak khusus, sebaiknya diskus diletakkan pada ketinggian 120 cm dari lantai. Upaya ini dilakukan untuk memberi kesempatan diskus dapat melihat orang di depannya agar diskus terbiasa dengan lingkungan di sekitarnya. Bila akuarium disusun dalam rak, untuk deretan akuarium yang paling bawah boleh berada 1 m dari dasar lantai. 

Proses Pemijahan
Induk Ikan Diskus yang sudah berpasangan dipisahkan dan ditempatkan dalam aquarium pemijahan. Dalam 3-10 hari kemudian biasanya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk diskus saling berenang mengitari pasangannya, pada saat tersebut warna diskus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip mengembang penuh dan matanya terlihat berbinar, kemudian mereka akan menentukan tempat bertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Sebelum proses perkawinan berlangsung biasanya induk diskus secara bersama akan membersihkan substrat (tempat menempelnya telur). Setelah itu pasangan diskus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, diskus jantan akan membuahinya selama beberapa jam, induk yang dipersiapkan dengan baik, rata-rata akan menghasilkan 100-200 butir telur. Terkadang mencapai 300-400 butir, tetapi ada juga yang hanya menghasilkan 50-75 butir.

  

Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan diskus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, untuk mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang melekat. Selama menjaga telurnya, induk tetap harus diberi pakan dan kondisi aquarium harus terlihat bersih. Dalam waktu 6 hari sejak proses pemijahan selesai, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yang kemudian akan berkembang menjadi diskus dewasa. Induk diskus dapat dipijahkan kembali setelah satu bulan. Jika telur dipisahkan induk diskus dapat bertelur dalam sebulan 5-6 kali. 

Pemeliharaan Larva
Untuk mendapatkan benih diskus yang berkualitas baik, harus diperhatikan cara penetasan telur dan perawatan larva. Ikan diskus tidak sepenuhnya dapat mengasuh anaknya, ada diskus yang tidak dapat mengasuh anaknya. Hal ini sulit untuk diketahui penyebab utamanya, untuk itu dalam pemeliharaan larvanya diterapkan tiga cara dalam pemeliharaan larva diskus diantaranya adalah :

a. Pemeliharaan larva secara alami
Telur yang dijaga oleh induknya pada saat penetasan. Dua hari setelah menetas larva diskus sudah dapat bergerak meskipun belum terarah. Larva diskus akan menempel pada induk untuk memakan lendir yang dihasilkan induknya hal ini berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Kemudian setelah berumur satu minggu mulai diberi makanan hidup berupa naupli Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan.

b. Pemeliharaan Larva dengan Inang asuh
Penetasan telur secara buatan dilakukan dengan cara telur dipisahkan dari induknya kemudian telur akan menetas 2 - 3 hari, setelah larva berumur dua hari larva dipindahkan dari akuarium penetasan dengan cara disifon. Ambil ± 5 ekor larva kemudian masukkan kedalam akuarium induk yang sedang mengasuh anaknya yang ukurannya hampir sama dengan larva yang akan dimasukkan. Apabila setelah tiga menit larva tidak dimakan oleh induk tersebut dan dapat menempel pada tubuhnya, maka larva yang lain dapat dimasukkan kedalam akuarium tersebut. 




c. Pemeliharaan larva secara buatan
Larva yang sudah dapat berenang dipindahkan kedalam baskom plastic dengan cara disifon, secara perlahan-lahan larva yang ada dibaskom dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan larva. Pada tahap awal makanan yang diberikan adalah kuning telur yang sudah direbus dicampur dengan Rotifera yang sudah dikeringkan, bila akan diberikan pada larva harus dicampur terlebih dahulu dengan putih telur, agar makanan tersebut lebih lama menempel pada pinggir media pemeliharaan. Makanan diberikan 12 kali sehari atau dilakukan setiap tiga jam sekali selama 2 – 3 hari, hingga larva bisa diberi makan Artemia sampai diskus bisa memakan kutu air baru dihentikan dan diganti dengan pemberian cacing darah sampai ikan dewasa atau berumur 1 bulan dengan ukuran 1-1,5 inci. 





Penyakit dan Penanggulangannya
Seperti penyakit ikan pada umumnya, penyakit ikan diskus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyakit non parasiter dan penyakit parasiter.  

Penyakit Non Parasiter
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor selain parasit. Biasanya faktor lingkungan dan makanan merupakan penyebab utama timbulnya penyakit tersebut. Penyakit non parasiter yang sering ditemukan menyerang ikan diskus antara lain :

a. Perut kembung
Penyakit yang biasanya sering di temukan menyerang diskus adalah penyakit yang timbul karena kebanyakan makan. Hal ini mengakibatkan perut ikan menggelembung atau biasa dikenal dengan istilah bloat (bengkak). Jika didiamkan saja, maka akan menyebabkan kematian pada diskus tersebut. Jika bengkak tersebut dikarenakan oleh kelebihan cairan tubuh, maka penyembuhannya dapat menggunakan sebuah tablet Kanulase yang dilarutkan dalam 22,5 l air. Air diganti separuhnya hari selama satu minggu berturut-turut. Selama ikan berada dalam perawatan, seluruh sisi akuarium diberi penutup dengan kertas gelap. Selama itu pula ikan dipuasakan dan suhu air tetap dijaga pada 26 – 270C.  

b. Sembelit
Akibat kebanyakan makan, juga dapat menyebabkan diskus sembelit (konstipasi). Penyakit ini sering dialami oleh diskus muda yang terus-menerus makan. Untuk menyembuhkannya dapat dilakukan dengan memandikan diskus dalam air larutan garam. Diskus tidak diberi makan selama beberapa hari hingga penyakitnya hilang. Untuk menghindari penyakit sembelit ini, maka biasakanlah mempuasakan diskus selama seminggu sekali.  

Penyakit Parasiter
Penyakit parasiter adalah penyakit yang timbul pada tubuh ikan yang disebabkan oleh adanya organ lain (parasit). Di antara penyakit ikan hias air tawar, yang paling banyak menyerang diskus, antara lain : 

1. Bintik putih
Penyakit bintik putih disebabkan oleh protozoa Ichthyoptirius multifiliis. Penyakit yang biasa dikenal dengan nama white spot ini biasa menyerang pada sirip dan insang diskus. Ikan diskus yang terserang akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : bagian yang terserang menunjukkan adanya bintik putih, banyak mengeluarkan lendir, frekuensi pernafasan meningkat, ikan sering berenang di permukaan air untuk menghirup udara langsung, dan warna badannya pucat. Bila ikan masih dapat bertahan maka pertumbuhan badannya akan terhambat. Cara pengobatan untuk penyakit white spot ini adalah : 

a. Larutkan acriflavine 0,001% sebanyak 50 ml ke dalam 22,5 l air bersih. Kemudian ikan direndam ke dalam larutan obat ini selama 10 menit. Pengobatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga diskus kelihatan agak membaik. 
b. Larutkan chloramine 1% sebanyak 22,5 ml dalam 22,5 l air bersih. Kemudian ikan diskus yang terserang penyakit direndam selama 24 jam. 

2. Velvet
Hampir sama dengan bintik putih, penyakit velvet pun disebabkan oleh protozoa. amun protozoa yang menyebabkan penyakit velvet adalah dari golongan Oodinium. Parasit ini biasanya menempel di bawah lapisan lendir pada badan ikan, parasit ini mamput berkembangbiak dalam waktu beberapa hari. Ikan yang terserang penyakit velvet di seluruh badannya, termasuk sirip dan insang, berwarna seperti karat. Ikan diskus yang erkena penyakit velvet dapat diobati dengan larutan acriflavine, mercurochrome maupun methelene blue. Cara pengobatannya sama dengan memperlakukan diskus yang terserang bintik putih. Selain ketiga larutan tadi, ada satu jenis larutan lain yang dianggap cukup manjur untuk mengobati penyakit velvet. Yaitu larutan potasium permanganate 1% sebanyak 20 ml yang dilarutkan dalam 20 l air bersih. 


Demikian pembahasan singkat mengenai sekilas metode pembenihan ikan hias discus (Symphsodon diskus). Sumber tulisan di muat dari http://syamsulhadi42.blogspot.com/2014/09/budidaya-ikan-disscus-lengkap-dengan.html. Semoga bermanfaat dan dapat menambah sedikit pengetahuan kita tentantang pembenihan ikan discus, terimakasih.

Post a Comment for "Sekilas Metode Pembenihan Ikan Hias Discus (Symphysodon diskus)"





close